Accessibility Tools

Dishub DIY Gelar FGD Evaluasi Manajemen Lalu Lintas untuk Bangkitkan Kawasan Wisata Mangunan

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Yogyakarta – Dinas Perhubungan (Dishub) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada Kamis (7/11/2024) di Ruang Rapat Kantor Dishub DIY untuk membahas Rencana Implementasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Kawasan Wisata Mangunan, khususnya rute Imogiri-Mangunan-Terong-Patuk.

Acara ini dibuka oleh Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub DIY, Rizki Budi Utomo, S.T., M.T., dan menghadirkan narasumber Akademisi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Ike Janita Dewi, Ph.D., dan Senior Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, A.T.D., M.Sc. FGD dihadiri oleh Polda DIY, Jasa Raharja, pemangku wisata Mangunan, dan perangkat desa setempat.

Dalam pembukaan, Rizki menyampaikan FGD tersebut sebagai tindak lanjut respon surat dari Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Bantul Adi Bayu Kristanto dan Koperasi Notowono serta survei lapangan mengenai sistem satu arah di wilayah Seribu Batu Songgo Langit, khususnya di Kawasan Mangunan Imogiri.

“Setelah kita tinjau, memang ada tiga ruang lingkup di wilayah tersebut. Kemarin, ada beberapa permintaan dari koperasi Wono kepada pihak terkait mengenai perpanjangan sistem satu arah sampai dengan Rest Area Watu Goyang. Sebenarnya, kita tidak menutup jalur tersebut sepenuhnya, hanya menerapkan sistem satu arah pada segmen tertentu, yaitu dari Seribu Batu Songgo Langit hingga ke Imogiri,” ungkap Rizki.

Setelah beberapa kali terjadi kecelakaan di Mangunan, Imogiri akibat turunan. Sudah dilakukan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) untuk mencegah kecelakaan. Diberlakukan jalur searah dari Imogiri ke Seribu Batu Songgo Langit.

Pelaksanaan MRLL tersebut, bertujuan mencegah kendaraan dari atas turun kebawah. Mengingat tipologi karakteristik kecelakaan yang terjadi ialah dari atas ke bawah. Mengacu pada Pedoman Desain Geometrik Jalan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga KemenPUPR, alinyemen vertikal pada daerah menuju Bukit Bego memiliki kondisi substandar melampaui ambang batas maksimal yang diperkenankan untuk jalan pada wilayah perbukitan yaitu maksimal sebesar 8%.

Rizki berharap hasil diskusi ini dapat menjadi dasar bagi evaluasi manajemen dan rekayasa lalu lintas di Kawasan Wisata Mangunan sehingga diharapkan target pendapatan di wilayah tersebut tetap dapat terpenuhi tahun ini, "Potensi pendapatan pariwisata di sana besar, namun ada target yang belum tercapai. Oleh karena itu, kita perlu mencari solusi untuk memajukan pariwisata di sana sambil tetap memperhatikan keselamatan lalu lintas.," tutupnya.

Akademisi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Ike Janita Dewi, Ph.D., mencermati promosi Kawasan Mangunan yang saat ini cenderung menurun, sehingga perlu ditingkatkan lagi. Terlebih lagi, dua faktor utama yang perlu diperhatikan adalah pola perjalanan wisatawan dan daya tarik baru untuk kawasan Mangunan.

“Kawasan Mangunan dan Terong hingga Patuk membutuhkan penataan pola perjalanan yang baik agar wisatawan tidak pindah ke kota lain. Kami juga meminta masukan terkait kondisi rute di Mangunan hingga Imogiri, apakah jalannya mendukung perjalanan wisatawan atau tidak,” ucapnya.

Ike menyatakan banyak penyedia jasa yang membuat paket-paket wisata ke Jogja hanya sehari. Perubahan rute yang terjadi di kawasan wisata bisa mempengaruhi keputusan agen perjalanan untuk tetap menawarkan paket tersebut atau tidak. Termasuk kawasan Mangunan yang bisa saja dicoret dari paket perjalanan jika rute dianggap sulit atau merepotkan sehingga diperlukan kolaborasi dengan Visiting Jogja.

“Kami menawarkan Responsible Tourism Marketing. Kami ingin memposisikan Jogja sebagai destinasi yang peduli dan menjamin keselamatan wisatawan. Segala upaya rekayasa rute dan pengaturan satu arah dilakukan demi keselamatan. Visiting Jogja akan menjadi platform terpadu untuk promosi wisata Jogja. Hal ini juga untuk mengedukasi masyarakat agar lebih memahami rute-rute wisata, sehingga kesulitan di lapangan dapat diatasi melalui komunikasi yang baik.

Senior Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, A.T.D., M.Sc., memaparkan penyebab utama kecelakaan di Kawasan Mangunan. Wildan menjelaskan bahwa sebagian besar kecelakaan di jalan menurun dipicu oleh rem blong pada kendaraan, terutama bus dan truk. Berdasarkan data yang dikumpulkan KNKT, dari tahun 2016 hingga 2024, mayoritas kecelakaan terjadi di jalan menurun.

Menurut Wildan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rem blong pada bus dan truk, yaitu kampas rem dan minyak rem yang mengalami overheat, serta tekanan angin yang kurang pada sistem rem. Semua faktor ini sering kali dipicu oleh penggunaan gigi tinggi di jalan menurun yang membuat pengemudi harus melakukan pengereman maksimal dan berulang-ulang.

“Sedangkan,faktor yang perlu diperhatikan khususnya untuk sepeda motor, terutama motor matic, adalah potensi rem blong akibat overlock atau overheat pada minyak rem. Di daerah pegunungan seperti Mojokerto, sering terjadi rem blong pada sepeda motor, khususnya motor matic, karena kesalahan pengoperasian atau kondisi minyak rem yang kurang baik,” terangnya.

Wildan juga menyoroti minimnya pemahaman pengemudi mengenai teknik pengereman yang tepat di jalan menurun. “Di negara-negara seperti Jepang, Thailand, dan Malaysia, pengemudi sudah memahami teknik mengemudi yang benar di jalan menurun, dan papan peringatan sudah cukup jelas. Di sini, papan peringatan masih kurang, dan pemahaman pengemudi tentang prosedur di jalan menurun masih rendah,” ujarnya.

Untuk meminimalisir risiko kecelakaan, Wildan merekomendasikan beberapa langkah, antara lain pemasangan papan peringatan yang lebih sering di jalan menurun, pembuatan jalur penyelamat, serta pembangunan rest area khusus. Di rest area ini, pengemudi dapat diberi edukasi tentang teknik pengereman yang aman serta memeriksa kondisi rem kendaraan sebelum melanjutkan perjalanan.

Rest area juga bisa menyediakan panduan untuk pengemudi, misalnya langkah-langkah pengecekan sistem rem yang hanya memakan waktu sekitar lima menit. Edukasi ini penting agar pengemudi memahami risiko jika tidak melakukan pengecekan atau pengoperasian dengan benar. Pemasangan marka jalan yang bisa memantulkan cahaya juga perlu ditingkatkan untuk menambah visibilitas, terutama pada malam hari. Jalur penyelamat juga harus menggunakan material seperti batu pecahan atau gravel, karena pasir justru dapat menghancurkan kendaraan dan meningkatkan risiko cedera pada pengemudi,” ungkapnya.***

Diperbarui pada 11 November 2024 pukul 17:02
Catatan : keterangan sebelumnya yang menyatakan "...kendaraan dari arah bawah tidak bisa naik ke atas..." seharusnya "...mencegah kendaraan dari atas turun kebawah."


© 2024 Dinas Perhubungan D.I. Yogyakarta. All Rights Reserved.