Banyaknya antrian kendaraan di Jalan Cik Ditiro hingga sekitar bundaran UGM membuat Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta melakukan rekayasa lalu lintas di jalur menuju Jalan Terban.
Bahkan, guna mengurai kemacetan tersebut Dishub berencana akan membuat 4 jalur di Jalan yang berlokasi dekat simpang empat sebuah swalayan itu.
Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta Golkari Made Yulianto mengatakan bahwa pemasangan water barrier di ruas jalan Cik Ditiro hingga Bundaran UGM memang sengaja dilakukan sebagai solusi sementara mengurai kemacetan di daerah tersebut.
Dimana akar kemacetannya berasal dari Jalan Terban.
"Sebelum direkayasa kan antrian kendarannya sampai bundaran UGM, apalagi kendaraan dari sisi timur bundaran jadi terkunci akibat kemacetan di Jalan Terban. Maka arus kendaraan dari timur ke barat sementara kita perpanjang lewat Jalan Cik Ditiro dan nanti harus memutar di depan bengkel yang dekat Bank itu," katanya. Senin (19/2/2018).
Lanjutnya, mengenai rencana pembuatan divider (pembatas) jalan di daerah tersebut belum terpikirkan oleh pihaknya.
Hal itu dikarenakan untuk jalur pengalihan arus kendaraan guna mengurai kemacetan di Jalan tersebut.
"Beberapa jalur yang suka untuk putar balik memang sengaja ditutup, dan yang boleh untuk putar balik hanya di depan bengkel itu. Sudah ada rambu-rambunya juga disitu kalau untuk putar balik. Jadi tidak ada rencana dibuat divider di situ," ujarnya.
"Rencananya jalan terban itu akan dibuat 4 jalur, 3 lajur ke barat dan satu lajur ke timur. Sehingga antrian kendaraannya tidak sepadat saat ini," katanya menambahkan.
Sementara itu, Zaenal Triyanto (32), seorang petugas keamanan salah satu Bank swasta di Jalan Cik Ditiro mengatakan, bahwa jalur putar balik arah yang berada di depan kantornya memang sebagian dipasangi water barrier.
Menurutnya, meski telah dipasangi water barrier dan disediakan sebuah jalur bagi pengendara yang mau melintas dari timur ke barat maupun dari utara hendak ke arah selatan, ada yang sengaja menggeser water barrier tersebut untuk melintas.
"Biasanya pengendara yang sering menggeser pembatasnya itu, kalau pagi kan dijaga polisi. Nhah kalau tidak ada polisinya baru digeser, tapi kalau polisinya lewat dibetulin lagi pembatasnya. Tapi memang ada rambu-rambu putar baliknya di situ," ujarnya.
Sambungnya, jika Dishub berencana untuk membuat pembatas jalan permanen di jalan tersebut, ia tidak keberatan.
"Kalau menurut saya tidak apa-apa dibuat pembatas jalan permanen. Tapi seharusnya rambu-rambu putar baliknya dicopot dulu dan membuat jalur alternatifnya," pungkasnya.
Sumber : jogja.tribunnews.com