Menuju Penataan Kawasan Semi Pedestrian Malioboro

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Yogyakarta, Dalam rangka menuju grand design  Malioboro di masa mendatang, maka harus menata pola arus lalu-lintasnya terlebih dahulu. Karena dengan penetapan itu, nantinya otomatis akan memancing banyak para wisatawan. Untuk itu, saran dari kota sudah mencari kondisi lalu lintas yang paling minimalis dalam melakukan uji coba, yaitu pada Selasa Wage yang bertepatan pada tanggal 1 Oktober 2019.

Malioboro sebagai salah satu sumber filosofis Jogja yaitu merupakan Jogja haritage city. Oleh karena itu Pemerintah DIY dan Pemerintah Kota terus mencari satu model yang diinginkan agar menemukan satu titik yang ideal. Dan dalam teknisnya berkolaborasi dengan berbagai pihak yang itu tercakup dalam satu forum, yakni  Forum Lalu Lintas.

“Tujuannya adanya pengalihan jalan itu dalam rangka progres menuju grand designnya Malioboro dimasa mendatang. Sebelum mengarah kesana kita harus menata pola arus lalu-lintasnya karena dengan penetapan itu nanti akan memancing banyak para wisatawan. kita kan butuh persiapan-persiapan diantaranya prasananya, jalan, terus tikungan, persimpangan dengan melebarkan dan sebagainya. Sebelum mengarah kesana kita uji coba dulu pola perilaku lalu lintasnya.” demikian disampaikan Kepala  Seksi Pengendalian Operasional (DALOP) Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY Lazuardi.

Kebijakan ini juga tidak terlepas dari pro-kontra masyarakat. Tapi sejauh ini juga sudah dilakukan langkah-langkah persuasif, dan juga menampung beberapa aspirasi. Dan dalam bulan ini sudah dilakukan sosialisasi ke empat kecamatan, yaitu Gondomanan, Ngampalin, Notoprajan, Gedongtengen, yang diwakili oleh beberapa orang saja.

“ untuk pro-kontranya sendiri pasti ada. tapi sejauh ini kita tetap melakukan langkah-langkah persuasif, juga menampung beberapa aspirasi. ya intinya mengarah kepada tujuan kita bersama. Cuma kalo ada hal-hal yang kurang mari kita perbaiki bersama. dalam bulan ini kita sudah melakukan sosialisasi keempat kecamatan gondomanan, ngampilan,  notoprajan, gedongtengen. Tapi kita tidak mengundang semua warga, hanya perwakilannya saja.” ungkapnya.

Para pengunjung Malioboro juga melihat kebijakan ini dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, baik dilihat dari segi positif maupun negatif.

“ kalo dilihat dari santainya lebih enak. tapi kalo dilihat untuk beli apa-apa lebih susah karena kan parkirnya harus jauh. kalo pengen refreshing ya lebih enak sepi. ya saya juga kasian gituloh liat toko-toko samping jalan malioboro karena sepi. kalo sebagai pengunjung lebih enak seperti ini, sepi banget.” ungkap pengunjung Malioboro.

(Dishub DIY)


© 2024 Dinas Perhubungan D.I. Yogyakarta. All Rights Reserved.